Sabtu, 07 September 2013

Murahnya Mahasiswa



Mahasiswa dengan jiwa idealisnya, akan selalu mempertahankan apa yang ia suarakan, tonggak aspirasi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa juga merupakan bagian dari apa yang menjadi harapan setiap orang.Mahasiswa dalam kesehariannya sering menjumpai, permasalahan yang bersifat klasik, sehingga, ia juga sarat dengan berbagai macam hal yang berbau opportunis, berbagai macam hal yang terdapat dikampus,
ternyata mempengaruhi mainstream seorang individu mahasiswa,
dan ternyata stigma yang seperti inilah yang akan mempengaruhi arus berjalannya sebuah laju pewarisan budaya intelektual.

Mahasiswa dan birokrasi merupakan dua elemen penting yang terdapat dalam setiap intitusi yang ada, kedua bagian inilah yang terkadang menjadi hiasan kemilau yang kemudian menjadi sebuah simbiosis mutualisme dan parasitisme. Birokrasi terkadang menanamkan sebuah ideologi kepatuhan terhadap semua aturan kampus yang ada seperti cerdas, peduli, amanah, dan santun (CAPS). Ke-empat ideologi ini apabila ia tertanam dalam diri mahasiswa kemudian membentuk karakteristik seorang penurut, maka terlahirlah jiwa – jiwa yang patuh terhadap semua aturan yang pernah ada.
Aturan memang baik untuk dipatuhi, karena terkadang aturan itulah yang akan membuat semua apa yang menjadi perencanaan akan berjalan dengan baik. Namun dalam menjalankan sebuah aturan, perlu sebuah analisa yang kritis, apakah memang, aturan yang saya jalani ini merupakan sebuah aturan yang murni karena kepentingan bersama, atau berdasarkan kepentingan pada segelintir orang. Cerdas, peduli, amanah dan santun (CAPS), merupakan suatu ideologi yang akan ditanamkan dalam jiwa seorang mahasiswa dan akan diamalkan dalam kehidupan sehari – hari, pertanyaannya kemudian, dari ideologi tersebut (CAPS) adakah kesadaran kritis yang akan ditimbulkan, atau memang jiwa kritis itu tidak perlu dimiliki oleh seorang mahasiswa ???

Berbagai macam tipe dan karakteristik yang dimiliki mahasiswa terkadang membuat seseoran menjadi sulit untuk menularkan jiwa intelektualisme dan kesadaran kritis mahasiswa, doktringan yang kini mulai disebarkan oleh para pihak birokrasi sudah mulai membudaya dalam keseharian mahasiswa. Berbagai macam aturan yang bersifat membatasi pun dibuat oleh pihak birokrasi, agar supaya sang mahasiswa bisa dijadikan sebagai boneka barbie yang bisa dimainkan sesuka hati.

Ideologisasi pun mulai tertanam dalam jiwa seorang mahasiswa, sehingga birokrasi pun bebas memperlakukan mahasiswa dengan sesuka hati, ironisnya meskipun apa yang dikatakan oleh birokrasi ini tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh mahasiswa, ternyata dengan ancaman IPK yang akan anjlok, nilai yang akan menurun bahkan pencabutan beasiswa maka mahasiswa akan berusaha mengikuti segala perintah dan menjauhi segala larangan si birokrat (hehehe) agar nasib buruk tak menimpa dirinya, kasian jadi mahasiswa. Mesti ikut arus baru hidup nyaman !!!

Sejarah telah membuktikan mahasiswa adalah kaum – kaum yang kuat dan anti terhadap penindasan, jiwa idealisme pun merupakan satu hal yang tak bisa terbayarkan oleh uang apalagi cuman IPK, banyak orang takut punya nilai anjlok, emangnya, ada jaminan yach,, orang pintar itu punya IPK tinggi.
Kini, banyak kaum – kaum yang terkadang buta dalam menilai sesuatu, ia hanya memandang segalanya serba bernilai dengan estetika, tanpa tau hakekat dari apa yang telah ia nilai, IPK terkadang dijadikan sebagai indikator kecerdasan seseorang, tapi adakah jaminan bagi para petinggi – petinggi IPK itu pintar, cerdas, atau mungkinkah nilai yang didapatkan itu murni hasil contekan, atau hasil dari usaha menjadikan orang lain tumbal atas ambisi yang diinginkannya??? (heheh).

Kesadaran kritis dari seorang mahasiswa sangatlah dibutuhkan, karena tidak sedikit kampus memiliki aturan yang otoritarian tanpa melihat kondisi yang dimiliki oleh seorang mahasiswa, jangan gadaikan dirimu dengan hal yang bersifat relatif, jangan korbankan kawanmu untuk meraih keuntungan dari sang birokrat, ingat kemampuan kolektif seorang mahasiswa sangatlah dibutuhkan untuk sebuah perlawanan terhadap penindasan yang terjadi.





2 komentar: