Kamis, 16 Januari 2014

Sistem Pengkaderan Yang Sesuai Saat Ini


Perkaderan sebagai manifestasi untuk menjalankan roda kepemimpinan sangatlah penting manfaatnya bagi keberlangsungan tujuan bersama. Bagi suatu organisasi, regrenasi kepemimpinan yang sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang berkualitas. Selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan energik. Tetapi konsep umat yang terbaik bagi Islam merupakan tantangan dalam aktivisme sejarah, dan hal tersebut merupakan proses setiap individu ataupun kader Ikatan.

Ikatan Mahasiswa Akuntansi dalam perjalanannya memang membutuhkan energi yang cukup besar untuk membuat Ikatan menjadi lebih dewasa dan sigap menanggapi segala problem yang ada terutama kaderisasi. Tolak ukur keberhasilan kemudian menjadi poin penting yang diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan kader yang menjadi inti penggerak Ikatan. Jika Ikatan tidak merancang dan menyiapkan para kadernya secara sistematis dan organisatoris, maka dapat dipastikan bahwa Ikatan sebagai organisasi akan menjadi stagnan (tetap) dan tidak berkembang, sehingga tidak memiliki prospek yang jelas. Karena itu, Ikatan harus mempunyai konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi dan regenerasi kader.


Akan tetapi, pada dewasa ini memang sulit untuk menciptakan kader – kader yang professional, pengkaderan mahasiswa dari tahun ke tahun masih memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari sistem pengkaderan. parasnya masih sangat “sederhana” dan “bersahaja” untuk konteks dunia yang semakin mengglobal.
Apa yang salah dari pengkaderan mahasiswa? Belum ada perubahan signifikan di sini. Seharusnya kita belajar dari negara luar yang mengkader para mahasiswa barunya dengan memperkenalkan pada budaya akademik serta menjaga rasa aman mereka dalam belajar.
Memang inilah ironisnya pengkaderan. Di satu sisi, mahasiswa menganggap bahwa idenya layak untuk diaplikasikan pada mahasiswa baru (maba), akan tetapi dalam perjalanannya ada saja ketimpangan di dalamnya. Seperti yang sudah sering terjadi bertahun-tahun silam. DAD telah mengakibatkan terenggutnya jiwa kader secara “terpaksa”. Ketika itu terjadi, siapa yang bertanggungjawab?
Bentuk ideal dari pengkaderan adalah terciptanya iklim akademik yang kondusif bagi para kader. Tak cukup hanya dengan pelajaran saja, akan tetapi juga perlu skill keorganisasian. Organisasi itu penting, karena di dalamnya sang kader baru akan berinteraksi dengan kader yang lain, seniornya, serta memperluas cakrawala.
Akan tetapi problemnya terletak pada para senior yang kurang memahami arti pengkaderan. Arti pengkaderan adalah mengkader mahasiswa menjadi “mahasiswa seutuhnya.” Mahasiswa yang cerdas secara akademis, juga secara organisatoris.
Kita tak bisa menyalahkan langsung para seniornya (kasus) yang tidak memahami hakekat ini. Semua ini bermula dari paradigma yang terbangun di benak sang senior. Jika seniornya seorang aktivis, maka tentunya para kader akan diarahkannya menjadi aktivis mahasiswa yang cerdas, kritis dan kreatif.
Agar tidak terjadi kasus sebagaimana yang lalu-lalu, menurut penulis, harus ada format ideal yang perlu dilakukan untuk itu.
Saya kira sudah cukup pembahasan sistem pengkaderan pada saat ini yang sudah saya buat. Semoga pembaca dapat mengambil inti sari dan mengamalkannya.semoga bermanfaat,
Billahi fi sabililhaq fastabikhul khoirat.
Wassalamu’alaikum Warrah matulaahi Wabarakaatuh.

0 komentar:

Posting Komentar