Akhir-akhir
ini kaderisasi menjadi sebuah topik yang menarik untuk dibicarakan. Bagi
teman-teman yang baru memasuki dunia kampus, istilah ini mungkin sudah tidak
asing lagi. Awalnya, kaderisasi diadakan dengan tujuan mulia, yaitu untuk
membantu mempercepat proses adaptasi mahasiswa baru dengan iklim kampus. Karena
jika proses adaptasi berjalan lambat, maka mahasiswa baru yang akan kesulitan
menghadapi dunia barunya. Selain itu, kaderisasi juga bertujuan untuk
menghasilkan kader dan mahasiswa yang baik dan berdedikasi.
Namun,
pelaksanaan kaderisasi di lapangan agaknya kurang sesuai dengan tujuan semula.
Seringkali, kaderisasi dianggap sebagai ajang “balas dendam” dan “unjuk
senioritas”. Hal ini bisa dilihat dari tuntutan senior pada junior untuk
melakukan hal-hal aneh seperti memakai name tag ukuran jumbo, berbicara
pada pohon demi mendapat tanda tangan senior, dll. Kesalahan sekecil apapun,
akan dibalas dengan omelan berdurasi panjang hingga hukuman fisik. Bahkan ada
jargon “Senior tidak pernah salah”.
Tentunya
ada beberapa hal yang perlu kita kritisi mengenai agenda kaderisasi ini.
Pertama, Apakah cara-cara kaderisasi tersebut sesuai dengan tujuan semula yakni
untuk mempercepat proses adaptasi? Apakah dengan omelan dan hukuman fisik akan
mampu membentuk kader yang baik, mahasiswa yang kritis dan intelek? Tentunya
masih jauh panggang dari api.
Padahal,
jika kita mau belajar dari Rasulullah, sang uswatun hasanah, dahulu juga
pernah melakukan semacam kaderisasi kepada para sahabat. Beliau membina bukan
hanya dengan memberikan pemahaman, tapi beliau memberikan contoh atau teladan
yang baik bagi para sahabatnya. Proses pembinaan beliau dengan ketulusan,
keteladanan, pendampingan dan teguran yang membangun, tentunya tanpa omelan dan
kekerasan. Proses tersebut, telah nyata keberhasilannya dalam menghasilkan
kader yang mumpuni dan berdedikasi.
Sederhananya,
jika kita seorang Muslim yang beriman pada Al-Qur’an, pastilah kita setuju
bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah, suri tauladan yang baik. Dan
jika kita mengaku sebagai ummat Nabi Muhammad, seharusnya kita mau menjadikan
beliau sebagai panutan dalam setiap perbuatan dan kehidupan kita. Maka,
selayaknya kita pun mengkaji bagaimana metode Rasulullah saat melakukan
pengkaderan atau kaderisasi kepada para sahabatnya, demi mewujudkan generasi
mahasiswa yang cemerlang.
0 komentar:
Posting Komentar