Rabu, 16 April 2014

Pengendalian Intern



BAB. I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG
Sejumlah besar organisasi telah mengakui pentingnya pengendalian intern oleh manajemen, auditor independen, dan pihak eksternal lainnya seperti pembuat peratura. Standar pekerjaan lapangan kedua mensyaratkan agar auditor memperoleh pemahaman yang cukup mengenai pengendalian intern suatu entitas untuk merencanakan audit. Hal ini termasuk pemahaman mengenai rancangan pengendalian intern dan apakah pengendalian tersebut telah ditempatkan dalm operasi, tetapi tidak termasuk menentukan efektifitasnya. Auditor menggunakan pemahaman untuk mengidentifikasikan jenis salah saji material yang dapat mempengaruhi asersi laporan keuangan manajemen, untuk mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko salah saji semacam itu, dan untuk merancang pengujian substantif untuk menyediakan keyakinan yang memadai dalam mendeteksi salah saji. Sebagian besar entitas yang memerlukan audit menggunakan teknologi informasi dalam sistem akuntansi mereka. Makalah ini me-review beberapa metode pemrosesan data yang umum digunakan dan risiko yang dihubungkan dengan sistem akuntansi yang terkomputerisasi.
B.   TUJUAN
Adapun tujuan-tujuan dari materi makalah ini, antara lain :
1.     Menjelaskan pentingnya pengendalian intern bagi suatu entitas, auditor eksternal, dan lainnya.
2.     Mendefinisikan pengendalian intern dan mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern yang saling berhubungan.
3.     Menyebutkan keterbatasan yang melekat pada pengendalian intern serta menjelaskan peran dan tanggung jawab berbagai pihak atas pengendalian intern suatu entitas.
4.     Menguraikan komponen-komponen kunci dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, sitem informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, pemantauan termasuk aspek-aspek teknologi informasi yang relevan.
5.     Menjelaskan pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperlukan untuk merencanakan audit dan bagaimana pemahaman tersebut digunakan.
6.     Menunjukkan prosedu-prosedur audit yang digunakan untuk memperoleh pemahaman.
7.     Menyebutkan persyaratan dan metode alternatif untuk mendokumentasikan pengendalian intern.
C.   METODE PENULISAN
Penyusun menggunakan metode kepustakaan, yaitu dengan melakukan penelitian dengan cara studi pustaka. Dalam metode ini penyusun membaca buku yang berkaitan dengan materi makalah kami yang  berjudul Pemahaman Mengenai Pengendalian Intern.
BAB. II
PEMBAHASAN

A.   DASAR PEMIKIRAN
Standar pekerjaan lapangan yang kedua dari standar-standar auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa:
“Suatu pemahaman pengendalian intern yang mencukupi diperoleh untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, waktu, serta luasnya pengujian-pengujian yang akan dilaksanakan”.

B.   PENGANTAR PENGENDALIAN INTERN
Pada bagian ini, akan dibahas pentingnya pengendalian intern bagi manajemen, auditor independen, dan pihak eksternal. Kemudian menelaah suatu definisi kontemporer mengenai pengendalian intern dan lima komponen pengendalian intern. Selain itu, mempertimbangkan tujuan entitas mana yang dituju yang relevan terhadap audit laporan keuangan, menguraikan komponen pengendalian intern, serta menspesifikasikan peran dan tanggung jawab berbagai pihak terhadap pengendalian intern suatu entitas.
1.       Pentingnya Pengendalian Intern
Suatu terbitan tahun 1947 oleh AICPA yang berjudul Internal Control menyebutkan faktor-faktor yang berkontribusi atas meluasnya pengakuan atas pentingnya pengendalian intern, antara lain :
·        Lingkup dan ukuran bisnis entitas telah menjadi sangat kompleks dan tersebar luas sehingga manajemen harus bergantung pada sejumlah laporan dan analisis untuk mengendalikan operasi secara efektif.
·        Pengujian dan penelaahan yang melekat dalam sistem pengendalian intern yang baik menyediakan perlindungan terhadap kelemahan manusia dan mengurangi kemungkinan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan.
·        Tidak praktis bagi auditor untuk melakukan audit atas kebanyakan perusahaan dengan pembatasan biaya ekonomi tanpa menggantungkan pada sistem pengendalian intern.
Sepuluh tahun kemudian, National Commision on Fraudulent Financial Reporting menekankan ulang pentingnya pengendalian intern, antara lain:
·        Penekanan atas pentingnya mencegah pelaporan keuangan yang curang merupakan “suasana yang ditetapkan oleh manajemen puncak” yang mempengaruhi lingkungan perusahaan di masa pelaporan keuangan dibuat.
·        Semua perusahaan publik harus memelihara pengendalian intern yang akan menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pelaporan keuangan yang curang akan dicegah atau dideteksi lebih awal.
·        Organisasi yang mensponsor Commission harus bekerjasama dalam mengembangkan pedoman tambahan mengenai sistem pengendalian intern.
2.       Definisi dan Komponen
Pengendalian intern (internal control) adalah suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personel lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori berikut:
·        Keandalan pelaporan keuangan
·        Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
·        Efektifitas dan efisiensi operasi
Laporan COSO menekankan bahwa konsep fundamental dinyatakan dalam definisi berikut:
·        Pengendalian intern merupakan suatu proses
·        Pengendalian intern dilaksanakan oleh orang
·        Pengendalian intern dapat diharapkan untuk menyediakan keyakinan yang memadai
·        Pengendalian intern diarahkan pada pencapaian tujuan dalam kategori yang saling tumpang tindih dari pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi.
Laporan COSO mengidentifikasikan lima komponen pengendalian intern (components of internal control) yang saling berhubungan, yaitu:
·        Lingkungan pengendalian menetapkan suasana suatu organisasi, yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya.
·        Penilaian risiko merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas mengenai resiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.
·        Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan.
·        Informasi dan komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya.
·        Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu.
3.       Tujuan Entitas dan Pengendalian Intern yang Relevan dengan Suatu Audit
Telah disebutkan sebelumnya, tiga kategori tujuan dalam pengendalian intern yaitu: (1)keandalan dari informasi keuangan, (2)kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, (3)efektifitas dan efisiensi operasi. Karena tidak semua dari tujuan tersebut dan pengendalian yang berhubungan relevan dengan suatu audit laporan keuangan, maka secara umum hal ini termasuk pada hal-hal yang berkaitan dengan kategori pertama. Oleh karena itu, yang menjadi perhatian penting adalah pengendalian yang dimaksudkan untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan yang disusun telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Secara khusus, tujuan dan pengendalian dalam kategori kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku relevan ketika mereka dapat memiliki suatu dampak yang langsung dan material terhadap laporan keuangan.
Banyak tujuan dan pengendalian yang berhubungan berkaitan dengan kategori ketiga-efektifitas dan efektifitas operasi-walaupun penting bagi entitas, namun tujuan tersebut tidak secara langsung relevan dengan audit. Akan tetapi, laporan COSO memasukkan pengamanan aktiva terhadap akuisisi yang tidak diotorisasi, penggunaan, dan pelepasan dalam kategori pengendalian tersebut. Pengendalian ini relevan dengan suatu audit apabila memainkan peran dalam memastikan bahwa kehilangan yang berhubungan, seperti akibat pencurian, secara tepat direfleksikan dalam laporan keuangan entitas. Pengendalian dirancang khusus untuk mengurangi resiko keputusan operasi yang buruk, biasanya tidak dianggap relevan dengan audit laporan keuangan.
4.       Keterbatasan Pengendalian Intern Suatu Entitas
AU 319.16-18, Consideration of Internal Control in a Financial Statement Audit, mengidentifikasikan keterbatasan yang melekat berikut yang menjelaskan mengapa penengendalian intern, sebaik apapun ia dirancang dan dioperasikan, hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan pengendalian suatu entitas.
·        Kesalahan dalam pertimbangan. Kadang-kadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan keputusan rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
·        Kemacetan. Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan.
·        Kolusi. Individu yang bertindak bersama, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian intern.
·        Penolakan manajemen. Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.
·        Biaya versus manfaat. Pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.
5.       Peran dan Tanggung Jawab
Beberapa pihak yang bertanggung jawab dan peran mereka adalah sebagai berikut:
·        Manajemen. Merupakan tanggung jawab manajemen untuk menciptakan pengendalian intern yang efektif. Secara khusus, CEO harus merancang “suasana di puncak” untuk kesadaran akan pengendalian di seluruh organisasi. Lingkungan pengendalian yang efektif dapat mengurangi kemungkinan kekeliruan atau kecurangan dalam suatu entitas.
·        Dewan direksi dan komite audit. Anggota dewan, sebagai bagian dari pengaturan umum dan tanggung jawabnya untuk menciptakan dan memelihara pengendalian intern. Komite audit harus waspada dalam mengidentifikasikan keberadaan penolakan manajemen atas pengendalian atau pelaporan keuangan yang curang, dan segera mengambil tindakan yang diperlukan untuk membatasi tindakan yang tidak sesuai oleh manajemen.
·        Auditor internal. Auditor internal harus memeriksa dan mengevaluasi kecukupan pengendalian intern suatu entitas secara periodik dan membuat rekomendasi untuk perbaikan, tetapi mereka tidak memiliki tanggung jawab utama untuk menciptakan dan memelihara pengendalian intern.
·        Personel entitas lainnya. Peran dan tanggung jawab dari semua personel lain yang menyediakan informasi kepada, atau menggunakan informasi yang disediakan oleh, sistem yang mencakup pengendalian intern, harus memahami bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mengkomunikasikan masalah apapun yang tidak sesuai dengan pengendalian atau tindakan melawan hukum yang mereka temui kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi.
·        Auditor independen. Sistem pengendalian intern klien dalam audit laporan keuangan dilaksanakan terutama agar auditor dapat secara tepat merencanakan suatu audit, baik akan menyatakan suatu pendapat atas efektifitas pengendalian intern, maupun dapat digunakan untuk mengidentifikasi semua, atau bahkan kelemahan yang paling signifikan dalam pengendalian intern.
·        Pihak eksternal lainnya. Pembuat aturan menetapkan persyaratan minimum untuk pengadaan pengendalian intern oleh entitas-entitas tertentu. Contohnya Federal Deposit Insurance Corporation Improvement Act tahun 1991, yang mensyaratkan bank-bank tertentu melaporkan efektifitas pengendalian intern mereka mengenai pengendalian intern.

C.   KOMPONEN PENGENDALIAN INTERN (AU 319)
Lima komponen pengendalian intern yang saling berhubungan, antara lain :
1 .     Lingkungan pengedalian
2 .     Penilaian risiko
3 .     Informasi dan komunikasi
4 .     Aktivitas pengendalian
5 .     Pemantauan
Tiap komponen mencakup sejumlah kebijakan dan prosedur pengedalian intern yang diperlukan untuk mencapai tujuan entitas.
·        Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup faktor-faktor  (AU 319.25) :
1.     Integritas dan nilai etika
Efektivitas pengendalian tidak dapat meningkat melampaui integritas dan nilai etika orang yang menciptakan, mengurus, dan memantaunya. Integritas dan perilaku etika merupakan produk dari standar etika dan perilaku entitas, bagaimana hal itu dikomunikasikan, dan ditegakkan dalam praktik. Standar tersebut mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin menyebabkan personel melakukan tindakan tidak jujur, melanggar hukum , atau melanggar etika.
Dalam rangka menetapkan pentingnya integritas dan nilai etika di antara semua personel dalam organisasi, CEO, dan anggota manajemen puncak lainnya harus menetapkan suasana, berkomunikasikan kepada semua karyawan, memberikan bimbingan moral kepada karyawan, mengurangi atau menghilangkan insentif dan godaan yang dapat mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yanng tidak jujur.
2.     Komitmen terhadap kompetisi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada individu. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen atas tingkat kompetensi untuk pekerjaan tertentu dan bagaimana tingkat tersebut diterjemahkan ke dalam persyaratan keterampilan dan pengetahuan.
3.     Dewan direksi dan komite audit
Kesadaran pengendalian entitas sangat dipengaruhi oleh dean komisaris dan komite audit. Atribut yang berkaitan dengan ini mencakup independensi dewan komisaris atau komite audit dari manajemen, pengalaman dan tingginya pengetahuan anggotanya, luasnya keterlibatan dan kegiatan pengawasan, memadainya tindakan, tingkat sulitnya pertanyaan yang diajukan oleh komite tersebut kepada manajemen, dan interaksi dewan atau komite tersebut dengan auditor intern dan ekstern.
4.     Filosofi dan gaya operasi manajemen
Banyak karakteristik yang dapat membentuk dari filosofi dan gaya operasi manajemen, meliputi: pendekatan untuk mengambil dan memonitor risiko bisnis ; mengandalkan pada pertemuan informal secara langsung dengan manajer kunci ; sikap dan tindakan terhadap pelaporan keuangan ; pemilihan secara selektif atau agresif dari psinsip akuntansi yang tersedia ; kesadaran dan konservatisme dalam mengembangkan estimasi akuntansi ; kesadaran dan pamahaman terhadap risiko yang dihubungkan dengan teknologi informasi ; sikap terhadap pemrosesan informasi dan fungsi akuntansi serta personel.
5.     Struktur organisasi
Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas suatu entitas. Struktur organisasi entitas biasanya digambarkan dalam suatu bagan organisasi yang harus secara akurat merefleksikan garis wewenang dan hubungan pelaporan.
6.     Penetapan wewenang dan tanggung jawab
Penetapan wewenang dan  tanggung jawab merupakan perpanjangan dari pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab mencakup penjelasan-penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang dan tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan untuk mengetahui bagaimana tindakannya saling berhubungan dengan individu lainnya dalam memberikan kontribusi dan tiap individu akan bertanggung jawab atas hal apa.
Metode penetapan wewenang dan tanggung jawab meliputi pertimbangan atas :
a.     Kebijakan entitas mengenai masalah seperti praktik usaha yang dapat diterima,
b.     Penetapan tanggung jawab dan delegasi wewenang untuk menangani masalah seperti maksud dan tujuan organisasi,
c.      Uraian tugas pegawai yang menegaskan tugas-tugas spesifik, hubungan pelaporan, dan kendala
d.     Dokumentasi sistem komputer yang menunjukkan prosedur untuk persetujuan transaksi dan pengesahan perubahan sistem
7.     Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Kebijakan dan prosedur sumber daya manusia akan menjamin bahwa personel entitas memiliki tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan. Praktik tersebut mencakup perekrutan  dan proses penyeleksian, orientasi, pelatihan, evaluasi, bimbingan, promosi berdasarkan penilaian kerja periodik, serta program kompensasi yang memotivasi dan memberikan penghargaan atas kinerjanya.
Entitas kecil dan menengah dapat mengimplementasikan faktor lingkungan pengendalian secara berbeda dari entitas yang lebih besar.
·        Penilaian Resiko
Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah ientifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. (AU 319.28)
Risiko relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern dan ekstern yang mungkin terjadi dan secara negatif berdampak terhadap kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Sekali risiko diidentifikasi, manajemen mempertimbangkan signifikan atau tidaknya, kemungkinan terjadinya, dan bagaimana hal itu dikelola.
Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan yang seperti: perubahan dalam lingkungan operasi; personel baru ; sistem informasi yang baru atau dimodifikasi ; pertumbuhan yang cepat ; teeknologi baru ; lini, produk, atau aktivitas baru ; restrukturisasi perusahaan ; operasi di luar negeri ; pernyataan akuntansi.
·        Informasi dan Komunikasi
Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelapoarn keuangan yang memasukkan sistem akuntansi, terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengkalsifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi entitas (dan juga kejadian serta kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva dan kewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu berkenaan dengan pengendalian intern atas pelaporan keuangan. (AU 319.34)
Fokus utama dari kebijakan dan prosedur pengendalian yang berhubungan dengan sistem akuntansi adalah transaksi yang ditangani dengan suatu cara yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam asersi laporan keuangan manjemen. Olehnya, suatu sistem akuntansi yang efektif harus:
a.     Mengidentifikasi dan mencatat hanya transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan (asersi keberadaan atau keterjadian).
b.     Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid dari entitas yang terjadi dalam periode berjalan (asersi kelengkapan).
c.      Memastikan aktiva dan kewajiban yang tercatat merupakan hasil dari transaksi yang memberikan entitas hak untuk , atau kewajiban untuk, item-item tersebut (asersi hak dan kewajiban).
d.     Mengukur nilai transaksi dalam suatu cara yang mengijinkan pencatatan nilai moneter transaksi secara tepat dalam laporan keuangan (asersi penilaian atau alokasi).
e.      Memperoleh rincian yang mencukupi dari semua transaksi untuk memungkinkan penyajian secara tepat dalam laporan keuangan, termasuk pengklasifikasian yang tepat dan pengungkapan yang diperlukan (asersi penyajian dan pengungkapan).
Komunikasi termasuk memastikan bahwa personel yang terlibat dalam sistem pelaporan keuangan memahami bagaimana aktivitas mereka berhubungan dengan pekerjaan orang lain. Hal ini termasuk peran sistem dalam pelaporan pengecualian untuk tindak lanjut dan juga melaporkan pengecualian yang tidak biasa untuk tingkat yang lebih tinggi dalam entitas. Pedoman kebijakan, pedoman pelaporan akuntansi dan keuangan, bagan akun, dan memorandum juga membentuk bagian dari komponen informasi dan komunikasi pengendalian intern.
·        Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan organisasional dan fungsional. (AU 319.32)
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan dalam berbagai cara yang meliputi:
1.     Pemisahan tugas. Pemisahan tugas melibatkan pemastian bahwa individu tidak melaksanakan tugas yang tidak seimbang. Selain itu, pemisahan tugas yang baik juga melibatkan pembandingan akuntabilitas yang tercatat dengan aktiva di tangan. Alasan tersebut mendukung pemisahan tugas dalam dua jenis situasi, yakni tanggung jawab untuk melaksanakan transaksi dan memelihara penjagaan aktiva yang dihasilkan dari transaksi harus dibebankan kepada individu atau departemen yang berbeda ; dan harus terdapat pemisahan tugas yang tepat di dalam departemen teknologi informasi dan antara departemen teknologi informasi dengan departmen pemakai informasi.
2.     Pengendalian pemrosesan informasi. Pengendalian pemrosesan informasi mengacu pada risiko yang berhubungan dengan otorisasi, kelengkapan, dan akurasi transaksi. Pengendalian ini dikategorikan sebagai pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Tujuan dari pengendalian umum adalah untuk mengendalikan pengembangan program, perubahan program, operasi komputer, dan untuk mengamankan akses terhadap data dan program. Lima jenis pengendalian umum yang diakui secara luas, meliputi: pengendalian organisasi dan operasi ; pengendalian pengembangan sistem dan dokumentasi ; pengendalian perangkat keras dan sistem perangkat lunak ; pengendalian akses ; dan pengendalian data dan prosedur.
Tiga kelompok pengendalian aplikasi meliputi: pengendalian masukan ; pengendalian pemrosesa ; dan pengendalian keluaran. Pengendalian-pengendalian tersebut dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai bahwa pencatatan, pemrosesan, dan pelaporan data oleh teknologi informasi secara tepat dilaksanakan untuk aplikasi tertentu. Dalam lingkungan teknologi informasi dewasa ini, pengendalian aplikasi melaksanakan fungsi dari pemeriksaan independen yang melibatkan pekerjaan yang sebelumnya dilaksanakan oleh individu lain atau departemen lain ; dan penilaian yang tepat dari jumlah yanhg tercatat.
3.     Pengendalian fisik. Pengendalian fisik menaruh perhatian terhadap pembatasan dua jenis akses ke aktiva dan catatan yang penting berikut : akses fisik langsung dan akses tidak langsung melalui persiapan atau pemrosesan dokumen. Jadi pengendalian tersebut terutama berkenaan dengan alat keamanan dan mengukur penyimpanan dari aktiva, dokumen, catatan, dan program atau file komputer. Pengendalian fisik juga melibatkan penggunaan peralatan mekanis dan elektronik dalam melaksanakan transaksi.
Ketika peralatan teknologi informasi digunakan, akses terhadap komputer, catatan, komputer, file data, dan program harus dibatasi pada personel yang memiliki otorisasi. Penggunaan tanda pengenal identifikasi dapat mengurangi risiko pengendalian untuk berbagai asersi. Akhirnya, aktivitas pengendalian fiik meliputi perhitngan periodik atas aktiva dan perbandingan dengan jumlah yang ditunjukkan dalam catatan pengendalian.
4.     Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya. Kualitas review dapat menyediakan pengendalian terhadap asersi-asersi. Contoh dari review dan analisis manajemen terhadap, yakni: laporan yang mengikhtisarkan secara terinci dari saldo akun ; kinerja aktual dibaandingkan dengan anggaran, peramalan, atau jumlah periode sebelumnya ; hubungan dari rangkaian data yang berbeda.
·        Pemantauan
Pemantauan adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan (AU 319.38). Pemantauan dapat dilaksanakan melalui aktivitas yang berkelanjutan (on going activities) dan dapat juga melalui pengevaluasian periodik secara terpisah.
Aktivitas pemantauan daapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dari pihak luar. Customers secara tersirat menguatkan data penagihan dengan pembayaran faktur mereka atau pengajuan keluhan tentang pembebanan yang diterimanya. Di samping itu, badan pengatur kemungkinan berkomunikasi dengan entitas berkaitan dengan masalah yang berdampak terhadap berfungsinya pengendalian intern.                                                                                                 
D.   MEMPEROLEH PEMAHAMAN MENGENAI PENGENDALIAN INTERN
Metodologi auditor dalam memnuhi standar pekerjaan lapangan kedua melibatkan tiga aktivitas utama berikut :
·        Memperoleh suatu pemahamn yang cukup mengenai komponen-komponen pengendalian intern untuk  merencanakan audit.
·        Menilai resiko pengendalian untuk setiap asensi signifikan yang terdapat dalam saldo akun,golongan transaksi,dan pengungkapan komponen-komponen dari laporan keuangan.
·        Merancang pengujian substantive untuk setiap asensi laporan keuangan yang signifikan.
Memperoleh suatu pemahaman (obtaining an understanding) melibatkan prosedur-prosedur untuk :
·        Memahami rancangan kebijakan dan prosedur yang berhubungan dengan setiap komponen pengendalian intern.
·        Menentukan apakah kebijakan dan prosedur telah ditempatkan dalam operasi.
AU 319.19 mengindikasikan bahwa pemahaman mengenai pengendalian intern seharusnya digunakan untuk :
·        Mengindentifikasi jenis salah saji yang potensial
·        Mempertimbangkan factor-faktor yang mempengaruhi resiko salah saji yang material.
·        Merancang pengujian substantive untuk menyediakan keyakinan yang memadai untuk mendeteksi salah saji yang berhubungan dengan asersi-asersi tertentu.
Singkatnya, perencanaan audit yang efektif memerlukan auditor untuk mengetahui salah saji yang terdapat dalam laporan keuangan suatu entitas dan kemungkinan kemunculan mereka dalam rangka merancang pengujian substantive secara tepat.
1.     Dampak Strategis Audit Pendahuluan
AU 319.23 menyarankan beberapa factor lain yang harus dipertimbangkan dalam mencapai suatu pertimbangan mengenai tingkat pemahaman yang diperlukan sebagai berikut :
·        Pengetahuan mengenai klien dari audit terdahulu.
·        Penilaian pendahuluan mengenai resiko bawaan dan materialitas.
·        Suatu pemahamn mengenai industri dimana entitas beroperasi.
·        Kompleksitas serta kecanggihansistem dan operasi entitas, termasuk apakah metode pemrosesan informasi didasarkan pada prosedur manual independent dari computer atau sangat bergantung pada pengendalian computer.
           2.      Memahami Komponen Pengendalian Intern
·        Memahami Lingkungan Pengendalian. AU 319.26 menyatakan bahwa auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai lingkungan pengendalian yang mencukupi untuk memahami sikap dan tindakan manajemen serta dewan direksi berkenaan dengan lingkungan pengendalian, dengan mempertimbangkan baik substansi pengendalian maupun dampak kolektif mereka pada pengendalian lain. Auditpr harus memahami substansi, tidak hanya bentuk, dari kebijakan dan prosedur manajemen untuk komponen ini.
Tingkat pemahaman yang diperlukan dari beberapa factor lingkungan pengendalian, seperti filosofi dan gaya operasi manajemen, struktur organisasi, serta dewan direksi dan komite audit, akan sama untuk setiap strategi audit. Akan tetapi, untuk beberapa factor, mungkin akan diperlukan pengetahuan tambahan untuk pendekatan resiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.
·        Memahami Penilaian Risiko. AU 319.30 menyatakan bahwa auditor harus menentukan bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko yang relevan terhadap penyajian laporan keuangan yang wajar, kepedulian mengenai bagaimana ia memutuskan aktivitas pengendalian atau tindakan lain berkenaan dengan risiko tersebut. Secara khusus auditor harus waspada terhadap pemahaman manajemen mengenai risiko teknologi informasi dan respon terhadap risiko tersebut.
·        Memahami Informasi dan Komunikasi. AU 319.39 mengindikasi bahwa auditor harus memperoleh pengetahuan yang mencukupi mengenai system informasi yang relevan dengan laporan keuangan untuk memahami :
o   Golongan transaksi dalam operasi entitas yang signifikan terhadap laporan keuangan.
o   Bagaimana transaksi tersebut dimulai
o   Catatan akuntansi, dokumen pendukung, dan akun-akun spesifik dalam laporan keuangan yang terlibat dalam pemrosesan dan pelaporan transaksi.
o   Pemrosesan akuntansi yang terlibat dalam pengerjaan transaksi hingga pemasukannya dalam laporan keuangan, termasuk cara elektronik yang digunakan untuk mengirimkan, memroses, memelihara, dan mengakses informasi.
o   Proses pelaporan keuangan yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan entitas, termasuk estimasi dan pengungkapan akuntansi yang signifikan.
Terdapat empat fungsi ekonomi penting yang dihubungkan dengan transaksi dalam rangka memahami dimana informasi baru dapat ditambahkan atau bentuk informasi dapat diubah :
o   Pelaksanaan transaksi
o   Pengiriman atau penerimaan barang dan jasa
o   Pencatatan transaksi
o   Penerimaan kas atau pengeluaran kas
·        Memahami Aktifitas Pengendalian. Dalam memahami suatu pemahaman mengenai lingkungan pengendalian, penilaian risiko, informasi dan komunikasi, serta komponen pemantauan dari pengendalian intern, auditor secara tidak langsung akan memperoleh pengetahuan mengenai beberapa aktivitas pengendalian.
Tingkat pemahaman ini mungkin mencukupi untuk tujuan perencanaan audit untuk asersi dimana auditor memutuskan memilih satu dari beberapa pendekatan substantive utama.
·        Memahami Pemantauan. Menurut AU 319.39 adalah penting untuk memahami jenis aktivitas yang digunakan oleh entitas, manajemen puncak, manajemen akuntansi, dan auditor internal untuk memantau efektivitas pengendalian intern dalam memenuhi tujuan pelaporan keuangan. Pengetahuan mengenai bagaimana tindakan perbaikan dimulai juga harus diperoleh berdasarkan informasi yang sedikit dari aktifitas pemantauan.
Auditor eksternal tidak diwajibkan untuk menguji pekerjaan auditor internal yang berkenaan dengan perolehan suatu pemahaman, tetapi ia dapat dapat memilih untuk melakukan hal tersebut. Akan tetapi, perolehan pemahaman harus mencakup pengajuan pertanyaan kepada manajemen dan personel auditor internal yang sesuai dengan hal-hal seperti :
a)     Keberadaan staf internal audit dalam suatu entitas
b)    Aktivitasnya
c)     Kesesuaiannya dengan standar-standar professional internal auditing
d)    Sifat, waktu, serta luas pekerjaannya
           3.      Prosedur Untuk Memperoleh Suatu Pemahaman
Prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman terdiri dari :
·        Review pengalaman masa lalu dengan klien
·        Mengajukan pertanyaan kepada manajemen, pengawas,dan staff personel yang tepat
·        Memeriksa dokumen dan catatan
·        Mengamati aktivitas dan operasi entitas
Untuk memperkuat pemahaman mengenai beberapa aspek system akuntansi serta beberapa aktivitas pengendalian tertentu, beberapa auditor melaksanakan review transaksi walkthrough. Untuk melaksanakan review tersebut, satu atau beberapa transaksi dalam setiap golongan transaksi utama ditelusuri melalui jejak transaksi dan kebijakan serta prosedur pengendalian yang berhubungan diidentifikasi dan diamati.

E.    MENDOKUMENTASIKAN PEMAHAMAN
Mendokumentasikan pemahaman (documenting the understanding) tentang pengendalian intern diperlukan dalam semua unit audit. AU 319.44 menyatakan bahwa bentuk dan luas pendokumentasian dipengaruhi oleh ukuran dan kompleksitas entitas, dan sifat dari pengendalian intern entitas. Pendokumentasian dalam kertas kerja dapat berupa kuesioner yang lengkap, bagan arus, tabel keputusan (dalam sistem akuntansi terkomputerisasi), dan memorandum naratif. Pembahasan berikut menjelaskan empat bentuk pendokumentasian yang secara umum digunakan oleh auditor.
a .     Kuesioner
Kuesioner (questionnaires) terdiri dari serangkaian pertanyaan mengenai pengendalian intern yang perlu dipertimbangkan auditor untuk mencegah salah saji yang material dalam laporan keuangan. Pertanyaan biasanya dibuat dalam bentuk jawaban Ya atau Tidak atau N /A (not applicable), dengan jawaban Ya mengindikasikan suatu kondisi yang menguntungkan. Ruang kosong juga disediakan untuk menyediakan komentar seperti siapa yang melaksanakan prosedur pengendalian dan seberapa sering prosedur pengendalian dilaksanakan.
Kuesioner yang terstandarisasi digunakan pada kebanyakan audit. Dalam beberapa kasus, digunakan kuesioner yang dikembangkan untuk industri tertentu atau bahkan yang dikembangkan untuk klien tertentu. Beberapa kantor akuntan menggunakan kuesioner yang berbeda untuk klien besar dank lien kecil. Kuesioner tunggal dapat dikembangkan untuk mencakup semua komponen pengendalian intern, atau terdapat kuesioner terpisah untuk setiap komponen. Dalam kasus di mana sistem akuntansi dan aktivitas pengendalian berhubungan, mungkin terdapat kuesioner terpisah berkenaan dengan golongan transaksi yang berbeda seperti penjualan atau pengeluaran kas.
Beberapa kantor akuntan telah mengotomatisasi kuesioner pengendalian mereka. Yaitu, staf auditor memasukkan jawaban  kuesioner pengendalian mereka. Yaitu, staf auditor memasukkan jawaban ya, Tidak, atau N /A  ke dalam komputer laptop ketika informasi diperoleh dari klien. Perangkat lunak auditor kemudian menganalisis pola jawaban dengan pertanyaan dan mengarahkan auditor pada langkah-langkah dalam menilai risiko pengendalian dan merancang pengujian substantif untuk asersi laporan keuangan spesifik.
Beberapa kantor akuntan juga menyediakan pelatihan khusus untuk stafnya atas keahian melakukan wawancara yang digunakan dalam mengatur kuesioner. Sebagai contoh, dengan waspada terhadap tanda nonverbalyang diberikan oleh orang yang diwawancarai, seperti keengganan menjawab, pemahaman auditor dapat ditingkatkan secara signifikan.
Sebagai suatu cara untuk mendokumentasikan pemahaman, kuesioner menawarkan sejumlah keuntungan. Kuesioner biasanya dikembangkan oleh professional yang sangat berpengalaman dan menyediakan pedoman yang baik bagi staf yang kurang berpengalaman yang ingin memperoleh pemahaman mengenai suatu audit tertentu. Kuesioner relatif mudah untuk digunakan dan secara signifikan mengurangi kemungkinan pengabaian struktur pengendalian intern yang penting.
b.     Bagan Arus
Bagan arus (flowcharts) adalah suatu diagram skematik dengan menggunakan simbol-simbol terstandarisasi, garis arus yang saling berhubungan, dan keterangan yang menggambarkan langkah-langkah yang terlibat dalam memproses informasi melalui sistem akuntansi. Bagan arus bervariasi dalam cakupan rincian yang ditunjukkan. Suatu tinjauan bagan arus yang luas yang hanya terdiri dari beberapa simbol dapat dibuat untuk sistem akuntansi secara keseluruhan atau untuk siklus transaksi tertentu seperti siklus pendapatan. Selain itu, bagan arus yang sangat terinci dapat dibuat untuk menggambarkan pemrosesan golongan transaksi tersendiri seperti penjualan, penerimaan kas, pembelian, pengeluaran kas, penggajian, dan manufaktur.
Banyak bagan arus yang dirancang untuk bekerja dengan suatu uraian naratif yang menggambarkan pengendalian dalam detil tambahan. Bagan arus tersebut menunjukkan :
·        Alur transaksi dari mulainya transaksi hingga pengikhtisaran dalam buku besar umum (yang mendukung laporan keuangan)
·        Fungsi-fungsi penting yang dimasukkan dalam bagan arus
·        Pendokumentasian jejak audit
·        Laporan penting yang diproduksi oleh sistem akuntansi
·        Program dan arsip komputer di mana informasi disimpan
Salah satu keuntungan dari bagan arus adalah bahwa bagan arus mudah dibaca dan dipahami. Bagan arus menyediakan suatu peninjauan yang cepat mengenai suatu sistem untuk individu yang tidak mengenal sistem tersebut. Dewasa ini semakin banyak kantor akuntan mengembangkan bagan arus, dengan perangkat lunak komputer sehingga auditor dapat mengidentifikasikan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern dalam bagan arus, mendeskripsikan pengendalian secara mendetil, serta memeriksa silang kekuatan dan kelemahan untuk pengujian audit selanjutnya.

F.    TABEL KEPUTUSAN
Tabel keputusan (decision tables) adalah sebuah matriks yang digunakan untuk mendokumentasikan logika dari suatu program komputer. Tabel keputusan biasanya memiliki tiga komponen penting, (1) kondisi yang berhubungan dengan transaksi akuntansi, (2) tindakan yang diambil oleh program komputer, dan (3) peraturan keputusan yang digunakan untuk mengatasi kondisi dengan tindakan selanjutnya.
Kondisi yang dimasukkan dalam tabel keputusan biasanya mewakili kondisi yang berhubungan dengan prosedur pengendalian yang relevan dengan audit. Tindakan mencerminkan tindakan-tindakan yang diambil oleh program komputer ketika kondisi dipenuhi. Dan kombinasi dari kondisi dan tindakan menggambarkan peraturan keputusan program.
Tabel keputusan tidak digunakan secara luas seperti bagan arus atau naratif, tetapi bagan arus terutama berguna ketika memahami pengendalian aplikasi yang terprogram. Keuntungan dari tabel keputusan adalah bahwa tabel keputusan sederhana dan mudah dipahami, tabel tersebut menyediakan pendekatan sistematis untuk menganalisis logikaprogram dan mudah untuk merancang pengujian pengendalian dengan menggunakan tabel keputusan.
     MEMORANDUM NARATIF
Memorandum naratif (narrative memorandum) terdiri dari komentar-komentar tertulis berkenaan dengan pertimbangan auditor atas pengendalian intern. Memorandum dapat digunakan untuk melengkapi bagan arus atau bentuk pendokumentasian lain dengan meringkas keseluruhan pemahaman auditor mengenai pengendalian intern, komponen individu dari pengendalian intern, atau kebijakan atau prosedur spesifik. Dalam mengaudit entitas kecil, memorandum naratif dapat berperan sebagai satu-satunya pendokumentasian dari pemahaman auditor. Keuntungan dari memorandum naratif adalah efektif dalam hal biaya, mudah dibuat, dan menggambarkan pengendalian intern yang digunakan oleh sebuah entitas. 

BAB. III
PENUTUP

          Makalah ini dimulai dengan suatu pengendalian terhadap pengendalian intern dan mendefinisikan pengendalian intern serta komponen-komponennya. Selanjutnya, makalah ini membahas lima komponen penting dari sistem pengendalian intern secara mendetil, termasuk aspek-aspek  teknologi informasi yang relevan.
          Pertimbangan kemudian diberikan unutk memperoleh suatu pemahaman mengenai pengendalian intern yang mencukupi untuk merencanakan audit, dan untuk mendokumentasikan pemahaman tersebut ke dalam kertas kerja audit. Secara virtual setiap entitas yang harus diaudit memiliki suatu sistem akuntansi yang terkomputerisasi.
          Sifat dan luasnya prosedur yang digunakan dalam memperoleh suatu pemahaman dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti strategi audit, pengalaman masa lalu dengan klien, serta ukuran dan kompleksitas dari operasi klien. Pemahaman auditor harus didokumentasikan dalam kertas kerja melalui kuesioner yang dilengkapi, bagan arus, dan/atau memorandum naratif.
DAFTAR PUSTAK 
Boynton, William C, dkk. 2002. Modern Auditing, 7th. Jakarta: Erlangga.

2 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Sebelumnya terima kasih atas penjelasannya, yang ingin saya tanyakan adalah apakah internal audit memiliki tanggung jawab penuh terhadap pengendalian internal suatu organisasi

    BalasHapus