Perkaderan sebagai
manifestasi untuk menjalankan roda kepemimpinan sangatlah penting manfaatnya
bagi keberlangsungan tujuan bersama. Bagi suatu organisasi, regrenasi
kepemimpinan yang sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang
berkualitas. Selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi
kepemimpinannya akan segar dan energik. Tetapi konsep umat yang terbaik bagi
Islam merupakan tantangan dalam aktivisme sejarah, dan hal tersebut merupakan
proses setiap individu ataupun kader Ikatan.
Ikatan Mahasiswa Akuntansi dalam perjalanannya memang membutuhkan energi yang cukup besar untuk membuat Ikatan menjadi lebih dewasa dan sigap menanggapi segala problem yang ada terutama kaderisasi. Tolak ukur keberhasilan kemudian menjadi poin penting yang diharapkan mampu mengatasi segala permasalahan kader yang menjadi inti penggerak Ikatan. Jika Ikatan tidak merancang dan menyiapkan para kadernya secara sistematis dan organisatoris, maka dapat dipastikan bahwa Ikatan sebagai organisasi akan menjadi stagnan (tetap) dan tidak berkembang, sehingga tidak memiliki prospek yang jelas. Karena itu, Ikatan harus mempunyai konsep yang jelas, terencana dan sistematis dalam menyiapkan dan mengembangkan suatu sistem yang menjamin keberlangsungan transformasi dan regenerasi kader.
Akan tetapi, pada
dewasa ini memang sulit untuk menciptakan kader – kader yang
professional, pengkaderan mahasiswa dari tahun ke tahun
masih memprihatinkan. Hal ini bisa dilihat dari sistem pengkaderan. parasnya
masih sangat “sederhana” dan “bersahaja” untuk konteks dunia yang semakin
mengglobal.
Apa
yang salah dari pengkaderan mahasiswa? Belum ada perubahan signifikan di sini.
Seharusnya kita belajar dari negara luar yang mengkader para mahasiswa barunya
dengan memperkenalkan pada budaya akademik serta menjaga rasa aman mereka dalam
belajar.
Memang inilah ironisnya pengkaderan. Di
satu sisi, mahasiswa menganggap bahwa idenya layak untuk diaplikasikan pada
mahasiswa baru (maba), akan tetapi dalam perjalanannya ada saja ketimpangan di
dalamnya. Seperti yang sudah sering terjadi bertahun-tahun silam. DAD
telah mengakibatkan terenggutnya jiwa kader secara “terpaksa”. Ketika itu
terjadi, siapa yang bertanggungjawab?
Bentuk ideal dari pengkaderan adalah
terciptanya iklim akademik yang kondusif bagi para kader. Tak cukup hanya
dengan pelajaran saja, akan tetapi juga perlu skill keorganisasian.
Organisasi itu penting, karena di dalamnya sang kader baru akan berinteraksi
dengan kader yang lain, seniornya, serta memperluas cakrawala.
Akan tetapi problemnya terletak pada para
senior yang kurang memahami arti pengkaderan. Arti pengkaderan adalah mengkader
mahasiswa menjadi “mahasiswa seutuhnya.” Mahasiswa yang cerdas secara akademis,
juga secara organisatoris.
Kita
tak bisa menyalahkan langsung para seniornya (kasus) yang tidak memahami
hakekat ini. Semua ini bermula dari paradigma yang
terbangun di benak sang senior. Jika seniornya seorang aktivis, maka tentunya
para kader akan diarahkannya menjadi aktivis mahasiswa yang cerdas, kritis dan
kreatif.
Agar
tidak terjadi kasus sebagaimana yang lalu-lalu, menurut penulis, harus ada
format ideal yang perlu dilakukan untuk itu.
Saya kira sudah cukup pembahasan sistem
pengkaderan pada saat ini yang sudah saya buat. Semoga pembaca dapat mengambil
inti sari dan mengamalkannya.semoga bermanfaat,
Billahi fi sabililhaq
fastabikhul khoirat.
Wassalamu’alaikum Warrah
matulaahi Wabarakaatuh.
0 komentar:
Posting Komentar